PENAFAKTUAL.COM, MUNA – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Islam Terpadu Muna Bakti memberikan klarifikasi terkait tudingan adanya dugaan manipulasi data dan jumlah peserta didik (siswa) demi meraup Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang lebih besar.
Kepala SMP Swasta Islam Terpadu Muna Bakti, Astrit Wahyuni S.Pd mengatakan tidak benar terkait isu yang ditujukan untuk sekolah yang dipimpinnya. Walaupun terbilang sekolah baru, pihaknya telah bekerja keras untuk mengembangkan sekolah sesuai dengan aturan, sehingga memiliki sebanyak 121 siswa dan mendapat Dana BOS sebesar Rp145.200.000 dari Pemerintah.
“Sekolah kami baru berdiri kurang dari 5 tahun dan dalam prosesnya masih mencari siswa. Semua gurunya bekerja keras terlibat turun ke lapangan menjemput bola, dengan mengajak anak yang putus sekolah atau anak yang tidak sekolah karena memiliki keterbatasan ekonomi,” kata Astrit Wahyuni, sabtu, 15 Juni 2024.
Ia mengatakan, pihaknya selalu melakukan pendekatan kepala orang tua anak yang berhenti sekolah atau kurang mampu dan mengajak untuk bersekolah dengan biaya sekolah gratis dengan memberikan baju batik dan baju olahraga secara gratis.
“Alhamdulilah cara ini sangat efektif sehingga kami mendapatkan jumlah siswa 121 siswa,” katanya.
Astrit Wahyuni menambahkan, pihak Yayasan Muna Bakti juga membantu memfasilitasi antar menjemput siswa dititik-titik yang telah ditentuakan misalnya di Desa Liangkobori, Kondongia dan di wilayah-wilayah sesuai kemampuan yang bisa dijangkau pihak sekolah.
“Guru-guru dan tenaga kependidikan yang punya kendaraan bermotor saat menuju sekolah melalui rumah siswa, dijemput dan diantar pulang,” ujarnya.
Astrit Wahyuni menjelaskan bahwa sesuai aturan Permendikbudristek Nomor 63 tahun 2022 tentang petunjuk tekanis pengelolaan bantuan opersasional satuan pendidikan bahwa perhitungan Dana BOS per siswa dilakukan saat cut off BOS 31 Agustus tiap tahunnya.
“Jika lewat waktu cut off BOS, siswa yang masuk baru tidak akan menambah jumlah Dana BOS, demikian juga siswa yang pindah sekolah atau yang sengaja dikeluarkan tidak akan mengurangi jumlah Dana BOS yang sudah ditetapkan,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa kerja keras SMP Swasta Islam Terpadu Muna Bakti tidak berjalan dengan mulus, sebab dalam perjalanan proses belajar mengajar banyak kendala yang dihadapi yaitu kehadiran siswa di sekolah. Padahal sudah ada komunikasi baik yang dibangun antara orang tua siswa dan guru, namun anak tersebut sama sekali tidak mau bersekolah lebih memilih mencari uang dengan cara menjadi tukang parkir dipasar, buruh harian dan sebagainya.
“Guru coba melakukan pendekatan dengan siswa, memberikan tenggang waktu, disurati orang tua siswa, diberikan pengerti
an orang tuannya, tetap juga tidak mau sekolah, akhirnya sekolah banyak mengeluarkan siswa yang sama sekali tidak punya kemauan bersekolah, makanya berkurang jumlah siswa menjadi 84,” terangnya.
“Siswa dengan keadaan tersebut tidak cocok untuk menjalani sekolah regular, cocoknya mereka lulus di paket B, makanya dikeluarkan siswanya dari SMP Islam Terpadu Muna Bakti,” tambahnya.
Mengenai siswa ganda, menurut Astrit Wahyuni, pihaknya sudah menyelesaikan dengan cara baik antara operator Sekolah Subussalam dan operator SMP Swasta Islam Terpadu Muna Bakti sebelum cut off BOS 2023.
“SMP Muna Bakti juga mengalaminya, siswa kami kesehariannya belajar di sekolah namun data dapodiknya ada di sekolah lain. Dan ini kami selesaikan dengan baik-baik dan sejauh ini tidak ada masalah,” tutupnya.(san)