Menu

Mode Gelap
Ridwan Bae: PT SCM dan Perkebunan Sawit Penyebab Banjir di Jalur Trans Sulawesi Korban Tenggelam di Pantai Nambo Ditemukan Meninggal Dunia Pembentukan Kaswara: Langkah Awal Kolaborasi Alumni SMP Waara Bupati Bombana Burhanuddin Lantik Sunandar A Rahim sebagai Pj Sekda Tujuh Kapolres di Sulawesi Tenggara Berganti

Daerah · 18 Apr 2025 13:52 WITA ·

Dampak Nikel di Kolaka: Petani dan Nelayan Menderita


 Kondisi air laut di Desa Hakatutobu, Kolaka telah berubah warna menjadi coklat pekat diduga akibat aktivitas pertambangan. Foto: Istimewa Perbesar

Kondisi air laut di Desa Hakatutobu, Kolaka telah berubah warna menjadi coklat pekat diduga akibat aktivitas pertambangan. Foto: Istimewa

PENAFAKTUAL.COM – Pembangunan proyek fasilitas pengolahan bijih nikel berteknologi HPAL milik PT. Kolaka Nickel Indonesia (PT KNI) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, menimbulkan kegelisahan terhadap keberlanjutan biodiversitas laut dan sumber mata air yang menjadi nadi kehidupan masyarakat. Proyek ini telah membawa dampak signifikan bagi nelayan dan petani di sekitar area proyek.

Dampak terhadap Nelayan

Mulyadi, seorang nelayan suku Bajau dari Desa Hakatutobu, mengungkapkan bahwa air laut di desanya telah berubah warna menjadi coklat pekat akibat aktivitas pertambangan.

“Sekarang air laut sudah kotor, mau melaut harus sampai 3 mil baru dapat tangkapan itu pun harus mengeluarkan 150 ribu untuk bensin, sedangkan hasil tangkapan tak seberapa dibanding dulu,” jelasnya, dilsansir dari satyabumi.org.

Perubahan kondisi laut ini telah membuat nelayan kesulitan mencari ikan dan mengancam mata pencaharian mereka.

Sementara itu, Sudirman, seorang nelayan lain dari Desa Dawi-Dawi, harus berhutang ke pengepul ikan untuk bisa pergi mencari tangkapan ikan di laut.

“Aduh, berat sekarang, Bu, berat,” katanya saat ditanya mengenai dampak tambang nikel bagi kehidupannya sebagai Bajau.

Kondisi ini menunjukkan bahwa proyek pertambangan nikel telah membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat nelayan.

Dampak terhadap Petani Sawah

Banjir bandang yang terjadi pada Juli 2023 di Desa Lamedai, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka, membanjiri 500 hektare persawahan warga. Banjir berwarna merah kecokelatan tersebut diduga kuat hasil limpahan air nikel imbas pembukaan kawasan PT Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP).

Dampak ini telah menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani dan mengancam ketahanan pangan di daerah tersebut.

Kondisi persawahan warga Desa Lamedai, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka. Foto: Istimewa

Kepemilikan Saham PT IPIP

Dalam dokumen akta perusahaan yang tercatat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Maret 2025, 70% kepemilikan saham PT. IPIP dikuasai oleh Huaxing Nickel, anak usaha dari Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd, perusahaan asing asal Tiongkok.

Hal ini menunjukkan bahwa proyek ini tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal, tetapi juga melibatkan kepentingan ekonomi global.

Proyek Strategis Nasional

Kendati tumpang tindih fungsi lahan, pada tahun 2024 berdasarkan Permenko 12/2024, IPIP ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional. Artinya, akselerasi pembangunan dan kemudahan izin akan diberikan, termasuk mengerahkan anggota militer dan polisi. Penetapan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kepentingan ekonomi akan lebih diutamakan daripada hak-hak masyarakat lokal dan kelestarian lingkungan.

Dalam konteks ini, pertanyaan tentang siapa yang diuntungkan dari kehadiran PT KNI, Antam, dan IPIP menjadi relevan. Apakah proyek ini akan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal ataukah hanya menguntungkan perusahaan dan pemerintah? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang telah terjadi(hsn).

Artikel ini telah dibaca 26 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Jalan Lampareng 2 di Kendari Terkesan ‘Anak Tiri’, Warga Merasa Diabaikan

18 April 2025 - 22:33 WITA

DPRD Kendari Soroti Penjualan Minol Dekat Fasilitas Umum

18 April 2025 - 20:54 WITA

Pemuda Laea Tolak PT Bumi Silika Bombana, Lindungi Bukit Teletubbies

18 April 2025 - 15:45 WITA

Ridwan Bae: Prabowo Respon Cepat, Jalan di Konawe Utara Segera Diperbaiki

18 April 2025 - 15:26 WITA

WALHI Sultra Tolak Jetty Soropia: Proyek Elit yang Ancam Ekosistem

18 April 2025 - 15:14 WITA

Kades Absen dan Sering Abaikan Hirarki, Bupati Muna Barat Geram

18 April 2025 - 14:13 WITA

Trending di Daerah