Menu

Mode Gelap
Menebak Arah Kasus Supriyani Tepis Isu Amplop Kepala Desa, Ketua APDESI Sultra Bentuk Satgas Anti Money Politik Oknum TNI AL di Kendari Diduga Hamili Kekasihnya, Korban Minta Keadilan! Diduga Lakukan Pengrusakan dan Penyerobotan, Warga Desa Tapuhaka Dipolisikan Truck Pengangkut Ore Nikel Milik PT Karyatama Konawe Utara Terbalik

Feature · 16 Apr 2023 19:50 WITA ·

Pria 46 Tahun Desa Kangkunawe, Eksis di Tengah Badai Kesenjangan Warga


 Pria 46 Tahun Desa Kangkunawe, Eksis di Tengah Badai Kesenjangan Warga Perbesar

Bertahun-tahun ia menahan selera hatinya untuk memiliki fasilitas penunjang mata pencaharian. Di tengah kucuran dana Desa milyaran rupiah setiap tahun, dirinya disuguhkan berbagai macam tawaran, mulai dari mesin dalam dan perahu fiber sebagai prasarana utama yang dibutuhkan nelayan, sampai posisi penting dalam pemerintahan desa, tak luput dari iming-iming yang ditujukan kepadanya. Namun dengan lega ia menolaknya.

Seperti kebanyakan warga masyarakat di desanya, yang layak mendapatkan bantuan bersumber dari dana desa, ia juga memenuhi kriteria untuk memperoleh fasilitas pemerintah itu. Akan tetapi ia terus menapik, setiap bantuan itu ditawarkan kepadanya.

Pria kelahiran 1 Juli 1977 ini, menjalani hari-harinya dengan cukup sederhana. Sebagai nelayan, seperti juga para warga pada umumnya yang menyandarkan rejeki disektor kelautan dan perikanan, ia menafkahi keluarganya dengan tetesan keringat sendiri.

Lahir dari keluarga sederhana, ia menjalani kehidupan dengan penuh semangat. Bermodal nasehat mendiang sang Ayah tentang kesederhanaan dan rasa syukur atas rejeki dari sang Khalik, cukup baginya untuk melakoni perannya sebagai seorang ayah dan suami.

Satu nasehat yang selalu beliau sampaikan adalah “carilah rejeki secukupnya, berusaha sekuat kita agar tidak memakan hasil keringat orang lain dengan cara yang bathil”. Inilah nasehat dari almarhum ayah saat awal pernikahan”, ungkapnya saat kami ngobrol ringan setahun lalu di Pulau Maginti.

Sebagai manusia yang terus belajar dari setiap langkah dan detik dalam hidupnya, menjadikannya semakin memahami arti kehidupan sebagai hamba tapi juga sebagai makhluk sosial.

Dalam kehidupan sosialnya, ia dikenal sebagai pria yang selalu bisa diandalkan dalam berbagai persoalan yang mewarnai kahidupan warga setempat. Ketenangan menghadapi masalah dan kekuatan kesabaran yang dimilikinya, membuat ia tidak jarang harus memikul beban orang lain yang datang berdiskusi atau sekedar meminta fikirannya terhadap persoalan yang dihadapi.

Berkarakter humble, membuatnya diterima khalayak dan mudah bergaul dengan banyak orang. Berteman dengan siapapun tanpa membedakan status sosial, suku, ras dan agama.

Pendidikan formal boleh dibilang patah pena, tapi pikiran-pikiran konstruktif yang ia kemukakan dalam skala pemerintahan, terutama pemerintah desa, cukup menjadi referensi bagi banyak orang di kampung. Karena itu, tak jarang ia selalu dimintai pendapat dalam pelaksanaan pemerintahan desa termasuk kebijakan pemerintah di desanya.

Bagi sebagian orang yang tidak memahami landasan fikirannya, sering dianggap provokatif dan menjadi biang keributan antara warga dengan pemerintah desa sebagai pelaksana pembangunan di desa.

Namun tidak sedikit warga kerap menggantungkan asa di pundaknya, agar terus bersuara menyampaikan kebenaran yang ia yakini terhadap ketimpangan sosial yang dirasakan oleh warga setempat. Saat banyak warga yang seolah abai atas peristiwa yang terjadi, ia justru mengambil peran sebagai pemikul beban.

Bak semang penjaga keseimbangan saat gelombang menghempas badan kapal, seperti itulah ia menjalani hari-harinya. Melakoni peran sebagai penyeimbang antara keinginan warga terhadap dana desa dengan pengambil kebijakan dalam pemerintahan desa, tentu merupakan pilihan sulit dan membutuhkan mental baja.

Di satu sisi harus menjaga stabilitas keamanan desa, di sisi lain harus menenangkan warga yang masih menganggap adanya perlakuan diskriminasi. Dalam situasi demikian, ia tetap eksis dan perpegang pada prinsip hidupnya. Baginya, niat yang tulus dan kebenaran yang diyakini tak akan patah oleh hempasan badai apapun.

Tak sedikit pihak yang risih dengan perilakuknyas mengicau tanpa henti atas kesenjangan sosial di masyarakatnya. Bahkan ia seperti bertekad mewakafkan hidupnya untuk terus meluruskan yang bengkok, dengan satu harapan agar generasi berikut tidak mengalami situasi yang sama di masa mendatang.

Pikirannya terus berkecamuk setiap kali ia menyaksikan kejanggalan baik dalam kehidupan sosial maupun di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Saya akan terus menjadi hantu bagi mereka yang hanya ingin mengorbankan dan megambil keuntungan pribadi dari kepolosan warga” ucap pria bernama lengkap La Amimi dalam beberapa kesempatan diskusi dengannya.

Terkadang harus menjadi tiang penyangga bagi jalannya pemerintahan desa. Pada saat bersamaan, ia juga harus menjadi hakim yang membela warga.

Karena ketajaman analisa dan kedalaman pikiran terhadap suatu persoalan, banyak orang yang memang tidak akan memahami setiap ia bertutur. Gagasan yang terlontar melalui lisannya, hanya bisa difahami sebagai sebuah kebaikan oleh mereka yang berfikir jernih. Fikiran yang kerap kali berkecamuk di kepalanya, selalu dilandasinya dengan hati tulus, sehingga yang terucap adalah fatwa hati.

Sebagaimana hati tidak pernah bohong, maka seperti itulah juga ketulusan gagasannya setiap kali ia menyampaikannya kepada publik. Ia jujur pada dirinya sendiri.

Sahabat sebayanya menyapa dengan panggilan “ZOA”. Sebagian besar ponakannya, mengenalnya dengan sebutan “Paman Mido”, ada juga yang memanggilnya “Paman Marselo”.

Perlahan tapi pasti, upayanya untuk terus menjadi rembulan dalam kegelapan malam, mulai memperlihatkan cahaya sedikit demi sedikit. Trus warga Desa Kangkunawe terhadap dirinya semakin tinggi. Sehingga ia benar-benar mendapat tempat di hati warga.

Tidak hanya dibutuhkan oleh warga, bahkan dalam setiap perhelatan politik, legislatif maupun pilkada, ia selalu menjadi incaran para kandidat. Di usianya yang hampir setengah abad, ia semakin matang dan semoga istiqomah dengan jalan kebenaran.

“Pamali kita bicara begitu”, timpalnya setiap ada orang menyampaikan pujian atas sikap dan fikirannya.

Penulis: Zafiludin

Artikel ini telah dibaca 164 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Mengenal La Ode Tariala, Anak Petani yang Didapuk Jadi Pimpinan DPRD Sultra

7 Oktober 2024 - 12:32 WITA

Cara Bripka Ula Menginspirasi Warga Beri Bantuan ke Puncak Papua

31 Januari 2024 - 16:36 WITA

Sosok Jenderal yang Sederhana dan Rendah Hati itu Telah Berpulang

17 Januari 2024 - 15:23 WITA

Hidayah Allah di Serambi Mekkah

24 April 2023 - 22:15 WITA

Tangis Haru Seorang Ibu Penjaga Hidayah

23 April 2023 - 13:47 WITA

Tekad Sang Pendidik: Tambang Ilmu di Tanah Wawonii

29 November 2022 - 09:45 WITA

Trending di Feature