Oleh:
Nurdianti Jahidin (Muslimah Koltim)
Peribahasa “kasih ibu sepanjang masa” yang berarti kasih sayang ibu kepada anaknya adalah abadi dan tanpa batas. Setiap ibu memiliki naluri cinta dan kasih kepada anaknya. Sembilan bulan lamanya ibu mengandung sang buah hati pastilah ikatan batin antara keduanya sangat kuat. Tapi apa jadinya jika ibu kandung sendiri malah menghancurkan masa depan anaknya?
Kisah pilu dialami oleh siswi SMP berinisial T (13) di kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan terhadap korban atas persetujuan dari ibu kandungnya sendiri yang berinisial E (41) yang juga merupakan seorang PNS.
Ibu kandung korban mengaku melakukan hal tersebut kepada korban untuk ritual menyucikan diri. Belakangan diketahui bahwa kedua pelaku memiliki hubungan perselingkuhan. E membujuk korban untuk berhubungan badan dengan J yang alasan sebenarnya adalah di iming-imingi motor. bahkan E pernah mengantar korban ke hotel untuk dicabuli. J mengaku sudah melakukan pencabulan kepada korban sebanyak 5 kali sejak februari-juni.
Akibat perbuatannya, E dikenakan Pasal 2 Ayat (1), (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Sementara J dijerat Pasal 81 ayat (3) (2) (1), 82 ayat (2) (1) UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Kasus di atas hanyalah satu dari sekian banyak kasus yang serupa. Bahkan, kasus-kasus seperti ini ibarat gunung es, yang tidak terlihat jauh lebih banyak dari pada yang terlihat. Artinya, masih banyak kasus serupa yang tidak terungkap.
Kasus pencabulan pada anak sudah sering terjadi dan kebanyakan dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Jika orang-orang terdekat, keluarga, orang tua bahkan ibu kandung sendiri tega melakukan tindakan tidak manusiawi seperti itu, lalu kemana lagi anak dapat berlindung? Bukankah keluarga adalah benteng pertahanan terakhir anak? Bukankah ibu adalah orang yang rela mempertaruhkan hidupnya demi melihat anaknya lahir kedunia? Lalu kemana naluri mencintai, menyayangi, serta melindungi yang dimiliki oleh seorang ibu?
Hilangnya Naluri Ibu
kehidupan sekuler yang menjauhkan manusia dari agamanya, menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki akhlak dan moral. Mereka menjalani kehidupan hanya dengan mengikuti syahwat semata.
Mereka bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa memperdulikan halal haram ataupun konsekuensinya. Menjauhkan agama dari kehidupan juga akan mengakibatkan rusaknya hubungan antar manusia bahkan hubungan sedarah sekalipun.
Kehidupan sekuler juga menjadikan setiap orang memaknai kehidupan sebatas materi belaka. Wajar saja jika hubungan darah, rasa kasih sayang telah dikalahkan oleh kesenangan jasadi. Materi dapat mengalahkan segalanya termasuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Konsep untung rugi ala kapitalis sekuler juga merasuk ke dalam keluarga. tidak sedikit orang tua yang menganggap anak hanya sebagai investasi masa tua. Mereka mendorong anaknya untuk sukses dengan materi agar anak dapat membalas budi orang tuanya dengan materi. Sehingga tidak heran jika banyak orang tua yang menjual anaknya demi keuntungan materi.
Kapitalis sekulerlah yang menjadi penyebab utama hilangnya rasa aman di tengah-tengah masyarakat, hilangnya rasa aman bagi anak dan rusaknya hubungan keluarga serta hilangnya naluri melindungi, mencintai dan menyayangi yang dimiliki seorang ibu.
Tanggung jawab Negara
Kasus pelecehan pada anak yang sering terjadi merupakan masalah yang sistemik. Akibat penerapan sistem kapitalis sekuler, anak yang masih begitu polos dengan mudah menjadi korban predator-predator seksual. Seakan tidak ada tempat yang aman bagi anak. Ini semua adalah tanggung jawab negara untuk memberikaan rasa aman kepada rakyatnya.
Sistem Pendidikan yang berbasis kapitalis sekuler juga banyak menyimpan permasalahan. Salah satunya yaitu banyaknya oknum-oknum pegawai negara yang juga merupakan guru atau pendidik generasi yang melakukan tindakan asusila. Bahkan tindakan asusila oleh guru tidak jarang terjadi di sekolah-sekolah agama seperti pasantren.
Hal ini terjadi karena baik sekolah umum maupun sekolah agama tetap menerapkan kurikulum berbasis sekuler. Porsi Pendidikan agama dalam sekolah umum hanya sebatas materi pelengkap saja. Sedangkan disekolah agama kebanyakan mengajarkan berbagai ilmu agama, namun hanya sebatas teori semata.
Sehingga, anak-anak yang lahir dari pendidikan sekuler hanya fokus mengejar materi semata. Dan jika di cermati lagi, onum ibu dan kepsek yang menjadi tersangka kasus di atas juga merupakan produk dari Pendidikan sekuler kapitalis.
Selain itu, sistem sanksi yang diterapkan oleh negara tidak memberikan efek jera kepada pelaku asusila maupun perzinahan. Terbukti dengan banyaknya peraturan terkait tindakan asusila, pencabulan pada anak hingga terkait perlindungan kepada anak tidak bisa menghentikan kasus-kasus serupa terjadi. Malah, perbuatan asusila dan pencabulan pada anak semakin merebak.
Sistem Islam
Keluarga adalah benteng terakhir bagi anak. Jika anak mengalami kesulitan, keluargalah yang harus berada di garda terdepan untuk membantu dan melindungi anak. Terutama sorang ibu harus menjadi tempat berlindung ternyaman bagi anak. Karena, ibu memiliki peran yang sangat mulia, peran yang sangat vital yaitu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari Rahim sorang ibu dapat lahir generasi-genarasi yang berkualitas.
Sebagai madrasah pertama, ibu wajib menanamkan Akidah Islam kepada anaknya. Agar anak senantiasa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sehingga, seorang ibu haruslah membekali dirinya dengan ilmu agar dapat mendidik anak untuk senantiasa memiliki kepribadian Islam.
Sejatinya, Islam senantiasa menjaga naluri cinta dan kasih yang dimiliki oleh sorang ibu dengan peran utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ibu tidak diwajibkan bekerja untuk mencari nafkah. Sehingga, ibu punya lebih banyak waktu bersama dengan anak.
Dengan begitu, dalam keluarga, antara ayah, ibu serta anak akan saling menumbuhkan rasa saling menyayangi dan mencintai karena Allah. Saling menjaga dan menasehati serta Bersama-sama melakukan ibadah serta ketaatan kepada Allah SWT.
Selain itu, negara khilafah akan melaksanakan kewajibannya untuk melindungi setiap rakyatnya dari segala bentuk kerusakan. Negara juga akan memberikan rasa aman kepada setiap rakyat terutama kepada anak. Negara khilafah akan berupaya menjaga suana keimana serta ketakwaan rakyatnya, diantaranya
Sistem Pendidikan yang diterapkan berbasis akidah Islam serta kurikulumnya akan membentuk kepribadian Islam. Sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang berkualitas. Negara juga akan menyediakan tenaga guru yang professional yang beriman dan bertakwa. Sehingga, mereka akan mendidik generasi dengan penuh keikhlasan karena Allah.
Sistem ekonomi yang diterapkan akan mensejahterakan setiap keluarga. Sehingga tidak akan ada ibu yang keluar bekerja dengan alasan membantu perekonomian. Akan tetapi, Islam tetap membolehkan Perempuan bekerja di ranah publik dengan catatan tidak akan mengabaikan kewajiban utamanya yaitu mengasuh dan mendidik anak.
Sistem sanksi yang akan memberikan efek jera kepada pelaku pelanggar syariat serta mencegah setiap orang melakukan pelanggaran terhadap syariat. Termasuk memberikan sanksi yang tegas kepada setiap pelaku perzinahan dan pelaku pelecehan seksual terhadap anak.
Islam dapat memberikan Solusi yang komprehensif dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Sehingga, tidak ada jalan lain selain menerapkan sistem Islam. Karena, sistem kapitalis sekuler telah terbukti gagal dan rusak. Wallahu ‘alam bissawab.**)