PENAFAKTUAL.COM, KENDARI – Konstalasi politik jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai menghangat.
Beberapa figur yang digadang-gadang bakal maju bertarung telah unjuk gigi dalam memperlihatkan kekuatan yang dimiliki sebagai modal untuk meraih kemenangan menjadi orang nomor satu di Bumi Sowite.
Seperti yang dilakukan bakal pasangan calon, La Ode M Rajiun Tumada dan Purnama Ramadhan beberapa waktu lalu.
Paslon yang berakronim Rahmatnya Muna ini telah menampilkan, jika dukungan masyarakat begitu kuat untuk mendorong mereka meraih kursi Bupati dan Wakil Bupati periode 2025-2029.
Buktinya, saat bertolak dari Jakarta menuju Kota Raha pasca mendapat surat tugas tunggal dari Partai Gerindra, pihaknya dijemput langsung ribuan masyarakat pendukung yang berlandaskan hati nurani tanpa ada paksaan.
Berbeda dengan bakal pasangan calon lain seperti Plt Bupati Muna, Bachrun Labuta dan La Ode Asrafil (Bahtera). Diduga tak mau kalah dengan jumlah masa yang melakukan penjemputan Rahmatnya Muna, tim pemenangan Bahtera itu diduga mulai melakukan intimidasi besar-besaran.
Sebagai pemegang kuasa sistem pemerintahan saat ini, hal ini memang tak jarang dilakukan demi memuluskan niat tarung. Namun, belum saja pendaftaran bakal calon resmi dibuka KPU, penekanan ini kian ganas dilakukan.
Parahnya, gerakan intimidasi itu bukan hanya kepada kalangan ASN maupun honorer. Malahan, mulai menyasar para pelaku usaha yang bertempat di pinggiran jalan.
Salah seorang pelaku usaha yang enggan disebutkan namanya membeberkan, dirinya baru saja didatangi oleh beberapa orang yang menyampaikan untuk turut menghadiri proses penjemputan Bahtera pada 27 Juli 2024 lusa.
Katanya, jika tak ikut, maka bangunan tempat ia berusaha mengais rezki, bakal dibongkar secara paksa.
“Kasian juga kita ini, kenapa tidak ajak baik-baik saja. Kecuali pakai ancaman begitu,” ungkapnya, Kamis, 25 Juli 2024.
Begitu juga dengan seorang pedagang kaki lima yang minta namanya tidak dipublikasikan. Ia mengaku, didatangi beberapa orang yang melakukan pengancaman serupa. Bahkan, salah satu diantaranya diduga berasal dari kalangan ASN.
“Mau dibongkar kita punya kios kalau tidak ikut menjemput. Kenapa harus main paksa? kita ini hidup di negara demokrasi, soal pilihan biar kami memilih berdasarkan hati nurani,” ujarnya.
“Kasian juga ya, ekonomi kita ini sudah susah sekali, malah diancam lagi untuk dipatahkan kita punya usaha,” timpalnya dengan nada lirih.
Perlakuan ini diduga kuat sengaja dilakukan tim Bahtera untuk menunjukan kekuatan masa yang melebihi pendukung Rahmatnya Muna saat menjemput jagoannya di pelabuhan Nusantara Raha.(hsn)