PENAFAKTUAL.COM – Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), Samir, S.Ip., menanggapi komentar Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, terkait penambangan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang dianggap menjadi salah satu penyebab banjir di Sambandete, Kecamatan Oheo.
Menurut Samir, kehadiran PT SCM telah memberikan dampak buruk pada pencemaran lingkungan, terutama pada Sungai Lalindu.
Pasalnya, buangan limbah PT SCM masuk ke kali dan terus mengalir ke Sungai Lalindu, sehingga merusak ekosistem dan habitat makhluk hidup di sungai tersebut.
“Hari ini saya sikapi PT SCM. Saya ini orang Wiwirano. Dulu orang tua kita cari ikan di sungai Lalindu. Airnya jernih, hasil tangkapan ikan melimpah. Sekarang yang terjadi air sungai sudah berubah jadi lumpur merah, dan sekarang keluarga kita sudah tidak bisa lagi cari ikan di sungai itu. Hilang mata pencaharian warga,” ungkap Samir.
Selain itu, penambangan nikel PT SCM menjadi faktor besar terjadinya pendangkalan sungai, seperti di Sungai Lalindu yang menghubungkan sungai wilayah Oheo hingga Walsolo.
“Apa yang terjadi sekarang? Jembatan penghubung antar desa masyarakat di Padalere Utama yang membentang di sungai lalindu hitungan satu jam saja kalau hujan langsung tenggelam, karena terjadi pendangkalan sungai. Dampak buruknya masyarakat terisolasi, dan rawan menimbulkan korban jiwa,” katanya dengan nada tinggi.
Tak hanya itu, dampak lain yang menjadi momok menakutkan adalah banjir. Kondisi ini menyebabkan jembatan penghubung antar desa masyarakat di Padalere Utama yang membentang di Sungai Lalindu tenggelam dalam hitungan satu jam saja jika hujan, sehingga masyarakat terisolasi dan rawan menimbulkan korban jiwa.
Samir menuntut PT SCM untuk bertanggung jawab atas dampak yang telah terjadi akibat kegiatan penambangannya.
“PT SCM harus bertanggung jawab. Ini produksi kegiatannya akan terus bertambah, masyarakat mi tambah hancur,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa produksi kegiatan PT SCM akan terus bertambah, sehingga masyarakat akan semakin hancur jika tidak ada tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini.
Kondisi saat ini juga berdampak pada rusaknya objek wisata yang ada di wilayah Kecamatan Wiwirano dan sekitarnya, seperti Wisata Molora.
“Masyarakat, termasuk saya ini orang dari sana Lamonae sangat rasakan sekali ini dampaknya,” ungkapnya.
Samir menyatakan bahwa masyarakat, termasuk dirinya sendiri, sangat merasakan dampak dari kegiatan penambangan PT SCM.
Anggota DPRD empat periode yang membidangi soal amdal ini juga mengatakan, realita yang terjadi saat ini jika hujan mengguyur hanya hitungan 1 jam Konawe Utara sudah banjir. Air sungai memerah bercampur lumpur dari aktifitas penambangan, diantaranya PT SCM.
“Semakin ke sini semakin parah. Inilah kenapa di Sambandete cepat naik air kejalan, karena ini semua berhubungan. Termasuk kuratua itu akan tenggelam, tutupnya.(red)