Oleh: Zafiludin
Pemilu legislatif 2024 sudah di depan mata. Para caleg mulai memanaskan mesin menyambut pesta demokrasi lima tahunan.
Dari kabar yang terdengar ada sekian nama baru mewarnai daftar bakal calon anggota legislatif. Namun demikian pemain lama masih mendominasi line up daftar caleg, khususnya di dapil Muna Barat III.
Berdasarkan hasil pemilu legislatif 2019, tujuh kursi yang mengisi dapil Muna Barat III, Nasdem mendominasi perolehan suara sebanyak 4 kursi, lalu Golkar 1 kursi, Gerindra 1 kursi dan PDIP 1 kursi.
Berangkat dari hasil pleno KPUD Muna Barat, tentu kita bisa menarik kesimpulan bahwa Nasdem mendapat kepercayaan lebih tinggi dari masyarakat ketimbang partai lain dengan perolehan 5.284 suara.
Menagih Peran Aktif Aleg
Sebagai perpanjangan lidah rakyat yang mendapat mandat dari rakyat, peran aktif anggota dewan tentu menjadi harapan besar bagi masyarakat dalam upaya peningkatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas.
Diantara Anggota Legislatif yang terpilih di dapil III, Pulau Maginti menjadi sasaran empuk bagi para mencari suara rakyat. Masyarakat Pulau Maginti yang terbagi dalam 3 desa menyajikan sekitar 2.600 an suara dan menyumbang 1.000 lebih suara, tersebar kepada mereka yang sekarang duduk di kursi empuk.
Apa yang diinginkan oleh masyarakat tentunya bukan untuk diberi makan hari-hari, melainkan memperjuangkan hak-hak mereka sebagai manusia merdeka dan masyarakat pesisir.
Namun demikian, sampai periode 2019 sudah mau selesai, belum ada prestasi yang menonjol dari para wakil rakyat yang katanya akan memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Dari fakta-fakta yang kita lihat sepanjang periode 2019-2024 ini, saya ingin mengakatan bahwa para wakil rakyat nampaknya tidak mengenal kondisi sosial budaya masyarakat yang diwakilinya.
Bisa kita lihat dari sepak terjang para anggota dewan Dapil III, belum ada satupun yang mampu mengakomodir kepentingan masyarakat terutama yang berkaitan dengan kondisinya secara ekonomi. Jangan lupa, bahwa dapil III ini daerah pesisir.
Kebutuhan paling besar bagi masyarakat adalah berkaitan dengan sarana dan prasarana terutama kelautan dan perikanan. Bahkan jika kita lihat lebih dekat, ada persoalan pencaharian yang membutuhkan advokasi lebih intens dari para wakil rakyat.
Mencalenge Para Calon Wakil Rakyat
Oleh karena itu, sebagai pemuda Muna Barat khususnya anak Pulau yang prihatin oleh keadaan demikian, ingin menyampaikan, seharusnya para calon anggota dewan terhormat ini diuji sejak awal. Diuji isi kepalanya, diuji komitmennya, dan bahkan harus diperhadapkan dengan masyarakat dan konstituen yang akan memilih untuk dichalenge diperhadapkan dengan berbagai persoalan mendasar masyarakat dan bagaimana strateginya untuk mencapai tujuan serta harapan masyarakat.
Sebagai perpanjangan lidah bagi rakyat, kita ingin anggota legislatif merupakan orang fokal yang bisa berteriak memperjuangkan aspirasi masyarakat di dapilnya.
Saya kira ini yang harusnya disajikan oleh para calon anggota dewan. Sehingga sejak awal masyarakat bisa menilai kemampuan masing-masing calon dan dapat menaruh harapan akan masa depan pembanguanan dan keberpihakan Anggota Legislatif kepada konstituennya.
Para calon anggota dewan haruslah secara gentleman menyajikan perannya. Sebagai wakil bagi rakyat untuk terus menyuarakan aspirasi rakyat yang wakilinya. Mindsetnya harus sama dengan mainset eksekutif, yang berfikir untuk pembangunan. Dalam hal pengawasan terhadap eksekutif, anggota dewan mestinya benar-benar memegang komitmen untuk mengawasi kegiatan eksekutif terutama yang berhubungan dengan kepentingan rakyat secara langsung.
Bahkan kita berharap, para wakil rakyat terus ngomel menyoroti kebijakan pembangunan yang dikomandoi eksekutif sehingga harapan dan tujuan pembangunan betul-betul berpihak kepada rakyat.
Demokrasi adalah ruang untuk fight ide, bukan fight kekuasaan, apalagi fight finansial. Walau tidak bisa dipungkiri bahwa politik membutuhkan cost, dalam pengertian untuk menjalankan roda politik dan bukan untuk membeli suara rakyat.
Penulis adalah Tokoh Pemuda Maginti