Oleh: Normah Rosman
(Pemerhati Masalah Generasi)
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tengah menyelidiki kasus terkait beredarnya dua video asusila yang diduga dilakukan oleh mahasiswa mereka di lingkungan kampus. Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Abdul Muhid membenarkan adanya video viral tersebut.
Bahkan Ia menuturkan jika salah satu video direkam di salah satu Gedung kampus, sementara video lainnya belum diketahui lokasi kejadiannya. Pihak kampus juga sudah mengantongi identitas pelaku, yang terekam dalam video asusila tersebut, meskipun masih butuh pemeriksaan lebih lanjut (cnnindonesia.com, 17/05/2024).
Maraknya Tindakan Asusila di Tempat Umum
Viralnya tindakan asusila yang terjadi di area kampus, yang notabene adalah tempat untuk menimba ilmu membuat masyarakat mengelus dada. Betapa tidak, tempat yang diharapkan bukan hanya ilmu saja yang akan diperoleh tapi juga memahami bagaimana seseorang beradab. Kini citranya kembali tercoreng.
Jika dicermati, dengan adanya kejadian asusila di area kampus membuktikan jika tingkat liberalisme pergaulan semakin tinggi dan mengkhawatirkan. Rusaknya pemikiran membuat mereka tak perduli lagi akan tempat dan waktu, bahkan tidak perduli dengan sistem sanksi, dan keharaman.
Apalagi, mengingat lemahnya sistem hukum di negeri ini jelas membuat tidak adanya rasa takut ketika melakukan pelanggaran moral maupun hukum.
Di sisi lain, kejadian viralnya tindakan asusila di satuan pendidikan ini menunjukkan adanya kegagalan pembentukan kepribadian dalam sistem pendidikan. Terlebih, di kampus konon katanya ada fakta integritas untuk menjaga kemuliaan dan martabat mahasiswa. Hal itu seketika tercoreng karena ulah beberapa mahasiswa.
Menelisik lebih dalam lagi, liberalisme saat ini seakan mengakar kuat pada generasi kita. Mengingat tontonan yang mereka lihat dan kurangnya tuntunan serta perlindungan dari orang-orang yang seharusnya bertanggungjawab terhadap mereka.
Bukan hanya mahasiswa yang berani melakukan tindakan asusila di tempat umum. Tetapi kini para pelajar tingkat SMP dan SMA sudah tak memiliki muruah sehingga tidak segan-segan melakukan tindakan asusila di tempat umum. Hal ini tak lepas dari peran orang dewasa yang sering memperlihatkan dan dengan sengaja mempertontonkan hal-hal yang tabu pada anak dan remaja. Sehingga munculnya rasa penasaran dan ingin melakukan apa yang telah mereka lihat.
Peran negara juga dipertanyakan dalam memberantas porno aksi maupun pornografi yang saat ini sedang marak di media sosial. Tugas melindungi generasi saat ini semuanya dibebankan pada pundak orang tua, minimnya peran dari masyarakat maupun negara.
Meski terkadang perang orang tua juga kurang bahkan tidak ada sama sekali sehingga anak makin leluasa dalam bertindak liberal. Tentu saja ini adalah dampak dari penerapan liberalisme dan sekularisme. Na’uzu billah.
Islam Memberantas Liberalisme dan Sekularisme
Tentu berbeda dengan negara yang berasaskan aqidah Islam. Sebab, Islam adalah sebuah ideologi yang melahirkan sistem kehidupan yang lengkap di atasnya. Sistem tersebut adalah sistem politik Islam atau dikenal dengan Khilafah, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, sistem sanksi, dan lain sebagainya.
Sistem-sistem tersebut manakala diterapkan dalam kehidupan bernegara maka akan terwujud keberkahan dalam kehidupan, karena bersumber dari pencipta manusia, yakni Allah SWT., sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Anfal ayat 96.
Ideologi Islam melahirkan sistem pendidikan berasaskan aqidah Islam yang meniscayakan terbentuknya kepribadian Islam pada diri generasi. Kepribadian Islam bermakna terbentuknya pola pikir dan pola sikap seseorang. Para pelajar benar-benar disiapkan untuk mampu mengarungi kehidupan demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di dunia mereka menjadi kontributor terwujudnya peradaban mulia, sedangkan di akhirat mereka terobsesi untuk meraih kebahagiaan di surga kelak. Sehingga mereka akan menjaga tingkah laku dan hal-hal yang diharamkan oleh Islam. Jangankan perbuatan asusila, hal yang mendekatkan pada perbuatan tersebut saja akan mereka hindari.
Sistem pendidikan Islam memberikan pemahaman pada generasi tentang tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Tidak hanya diajarkan sebagai teori tetapi dikontrol penerapannya dalam kehidupan.
Penjagaan generasi dari aktivitas maksiat tidak hanya dilakukan melalui pendidikan Islam yang membentuk individu yang sholeh tapi juga adanya kontrol dari masyarakat sekitar yang islami.
Masyarakat islami adalah masyarakat yang memiliki standar Islam. Mereka akan menjaga individu-individu dalam masyarakat melalui budaya amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Di sisi lain negara dalam Islam memiliki sistem sanksi yang tegas dan memberikan efek jera terhadap pelaku, sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran hukum syara. Seluruh mekanisme penjagaan generasi ini hanya akan terealisasi dalam negara dengan menerapkan ideologi Islam, Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam bissawhab.