PENAFAKTUAL.COM, KENDARI – Bekerja sama dengan Majelis Adat Kerajaan Laiwoi Kendari dan PLN Nusantara Power UPDK Kendari, Pemuda Pelestari Senjata Tradisional (Putera) Sulawesi Tenggara (Sultra) ikut andil dalam pameran senjata tradisional yang diselenggarakan UPTD Museum Sultra, Senin, 16 Oktober 2023.
Ketua Putera Sultra, Bayu Dewa Lumanga mengatakan, pihaknya memamerkan pusaka yang terdiri dari berbagai jenis senjata dan mahkota raja yang digunakan Raja Laiwoi hingga saat ini dan memiliki nilai historis lengkap beserta literaturnya.
“Kurang lebih ada 100 senjata tradisional yang kita pamerkan, mulai dari keris raja, tombak dan senjata yang digunakan untuk berperang atau berburu,” terangnya.
Ia menjelaskan, dari semua itu, ada mahkota raja yang cukup memiliki nilai historis tinggi karena hingga hari ini, mahkota itu masih dipakai sebagai simbol kedudukan Raja Laiwoi dalam Majelis Adat Kerajaan Laiwoi Kendari.
“Alhamdulillah, berkat kerja sama yang baik, kami mendapatkan izin untuk memarkan mahkota ini beserta senjata-senjata yang ada di Kerajaan Laiwoi,” jelasnya.
Mahkota itu sendiri, lanjut dia, telah digunakan Raja Sao Sao yang bergelar Sangia Laiwoi atau Mokole Konawe atau Oleo Tepuli yang kerjaannya berkedudukan di Ranomeeto abad ke XIX tahun 1876-1928, kemudian digunakan Raja Tekaka yang bergelar Sangia Mokole Laiwoi Konawe, dilantik 1928 dan memerintah pada era Hindia Belanda 1928-1943 berlanjut di era pendudukan Jepang 1943-1945 serta pada era negara kesatuan.
“Sekarang di pakai Raja Laiwoi ke 10 Mokole Wulaa Lipuwutano Laiwoi, Drs H Irwan Tekaka Sao Sao,” bebernya.
Putra Mahkota Kerajaan Laiwoi, Endri Irwan Tekaka Sao Sao juga membenarkan hal tersebut. Ia menuturkan, berdasarkan historisnya, mahkota yang dipamerkan Putera Sultra merupakan mahkota raja yang telah dipakai sejak dahulu kala bahkan ada lima raja yang telah menggunakan mahkota tersebut.
“Berdasarkan historisnya, mahkota tersebut pertama kali digunakan oleh Raja Tebau, kemudian Raja Lamangu, baru kemudian Raja Sao Sao dan seterusnya. Hanya saja, untuk bukti berdasarkan foto yang ada, itu mulai dari Raja Sao Sao dan setelahnya,” jelas Endri Irwan Tekaka.
Tujuan dari pameran itu sendiri, lanjut dia, untuk memamerkan senjata-senjata tradisional yang berhasil dikumpulkan, melestarikan budaya dari berbagai daerah yang ada di Sultra, serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang senjata yang digunakan untuk berburu, bertahan hidup, dan melawan musuh di masa lampau.
“Kami harap dengan pameran senjata ini dapat meningkatkan semangat heroisme membela bangsa dan negara, serta mencegah perpecahan antar suku di Sultra,” terangnya.
Ia juga meminta, perhatian pemerintah baik provinsi atau kabupaten kota untuk gencar melakukan event-event pelestarian budaya, karena hal itu memiliki nilai positif yang tinggi, meningkatkan kondisi daerah yang kondusif juga menambah wawasan bagi para generasi baru.
“Kami berharap kegiatan seperti ini, bisa terus berlanjut sehingga generasi kita dapat mengerti tentang sejarah dan tidak melupakan sejarah itu,” tutupnya.
Diketahui, pameran pusaka tersebut berlangsung selama empat hari sejak 16 – 20 Oktober di ruang pameran temporer UPTD Museum Sultra yang diikuti dari berbagai penggiat pencinta pusaka dan beberapa kabupaten di Sultra.
Koleksi yang dipamerkan mulai dari senjata yang ada di Buton Selatan, koleksi senjata di Museum Bharugano Wuna, koleksi senjata Suku Bajo, koleksi senjata yang digunakan pada masa kolonialisme, koleksi senjata Etnis Sultra, koleksi senjata yang digunakan pada masa prasejarah, koleksi senjata dari Lembaga Kopuska dan lembaga Putera Sultra.(**)