PENAFAKTUAL.COM, KENDARI – Pengawas Lapangan PT Agung Beton, Hermawan mengakui jika pihaknya kerap menerima keluhan masyarakat Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo, Kota Kendari terkait dengan adanya debu yang bertebaran dan suara bising sebagai akibat dari aktivitas PT Agung Beton.
“Iya sering pak, mulai dari debu, mobil lalu lalang, mereka sudah ke kantor segala macam tapi nda tau bagaimana keputusannya itu”, kata Hermawan saat ditemui di lokasi PT Agung Beton baru-baru ini.
“Kalau bulan lalu sudah berapa kali, tapi sebelum-sebelumnya nda terlalu ini. Cuman terkadang masalah debu”, tambahnya.
Lanjut Hermawan, masyarakat Petoaha sering datang ke lokasi PT Agung Beton untuk meminta pihak perusahaan agar melakukan penyiraman jalan supaya debu mobil truk yang lalu lalang tidak bertebaran.
“Mereka sering ke sini, (lokasi kegiatan PT Agung). Kalau terlambat penyiraman biasa mobil di palang. Akhirnya kita siram lagi”, terang Hermawan.
Ia juga mengungkapkan bahwa aktivitas PT Agung Beton hampir 24 jam jika ada permintaan dari proyek yang sedang melakukan pengecoran. Sebab, aktivitas pengecoran tidak bisa berhenti jika belum selesai.
“Kalau masalah pengecoran pak yah paham lah, nda bisa putus. Apa lagi kalau ring-ring balok. Terkadang mereka minta pak tolong kejar lagi. Jadi kalau ada permintaan dari lapangan tidak sampai 24 jam tapi menghampiri. Tergantung permintaan dari lapangan”, jelasnya.
“Kalau kami rutin jalan yah setiap hari kita siram. Cuman kadang ada keterlambatan karena mobil cuman satu yang kita pake”, ungkap Hermawan.
Salah satu ibu rumah tangga yang bermukim di dekat lokasi PT Agung Beton mengatakan bahwa tidak sedikit masyarakat Kelurahan Petoaha mengeluhkan suara masalah debu dan suara bising akibat aktivitas dari PT Agung Beton.
“Banyak yang sering mengeluh. Ini anakku sakit-sakitan, batuk. Disini rata-rata orang batuk. Gara-gara banyak limbah aspal, abu batu”, ungkap Ibu Sari (39) saat diwawancarai media ini.
“Maunya kita itu, kita tidak larang masalah jalan ini dipakai tapi harus disiram debunya. Karena kita bukan hewan, manusia. Sama-sama ji kita. Maksudnya kita juga mau hidup. Karena ini kendaraan 10 roda akhirnya debunya banyak sekali”, sambungnya.
Ia juga mengatakan bahwa seharusnya PT Agung Beton membuat saluran limbah sehingga limbah akibat aktivitas perusahaan tidak dibuang begitu saja di kebun warga.
“Seharusnya dibikinkan juga saluran limbah, tapi ini limbahnya dia buang saja ke kebunnya orang. Dibuang begitu saja”, tukasnya.
Penulis: Husain