PENAFAKTUAL.COM, BOMBANA – Pemadaman Listrik yang sering terjadi di wilayah Pulau Kabaena meliputi Kabaena Timur, Kabaena Tengah, Kabaena Utara, sampai Kabaena Barat sangat mengecewakan masyarakat setempat terlebih lagi pelaku usaha kecil. Pemadaman tersebut sering terjadi di jalur listrik yang terhubung jaringan di wilayah desa-desa lainnya.
Parahnya, pada Kamis 1 Juni 2023 lalu, listrik padam mulai pukul 11 malam hingga pagi dan menyala kembali setelah shalat ashar pada pukul 15.30 Wita. Kondisi ini sering terjadi di wilayah pulau kabaena.
Warga setempat merasa sangat kecewa. Apalagi para pelaku usaha kecil yang mencari nafkah dengan memakai alat yang membutuhkan aliran listrik. Banyak pelaku usaha photo copy, kios, rumah makan, kedai kopi dan lain-lain yang membutuhkan suplai aliran listrik untuk mencari nafkah keluarganya.
Seharusnya pihak PLN jika melakukan pemadaman listrik harus dan wajib mengedarkan surat pemberitahuan sesuai dengan aturan dan undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat tidak serta merta langsung melakukan pemadaman listrik bergilir begitu saja.
Apabila sering terjadi pemadaman listrik maka PLN harus mengganti rugi kepada seluruh warga masyarakat yang desanya terdampak pemadaman listrik sesuai dengan UU No.30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan yang mengatur pelanggan PT Perusahaan listrik negara (PLN) menerima kompensasi jika ada pemadaman listrik yang diakibatkan kesalahan atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha pelayanan tenaga listrik.
Akan tetapi pihak PLN sering melakukan pemadaman listrik di pulau Kabaena dengan alasan ada perbaikan.
Semestinya PLN harus profesional dalam melayani dan memberi pelayanan listrik di seluruh Pulau Kabaena. Padahal, masyarakat di pulau Kabaena itu menikmati listrik hanya di malam hari saja, itu pun lebih banyak padamnya dibandingkan nyalanya bahkan sering terjadi padam listrik giliran.
Salah satu pelaku usaha kecil, Hansa kesal dengan pelayanan PLN di Kabaena. “Sering matinya di banding nyalanya, kalau dibilang saya marah jelas saya marah, pembayarannya terlalu banyak baru mati nyala mati nyala macam ini, saya sangat terganggu mana layani pembeli gelap-gelap, untung tempatnya di Sikeli, kalau tempatnya di Kabaena Timur pasti sudah lama ini demo, itu hari sebelum PLN dipindahkan di Sikeli sering demo besar-besaran”, beber Hansa bernada kecewa.
Ada juga pemilik usaha potong rambut, Imi yang mengeluhkan seringnya padam listrik. Imi merasa terhambat mencari nafkah untuk keluarganya karena setiap padam listrik alat pangkas rambutnya tidak bisa di operasikan.
“Kalau begini terus mati lampu, mati giliran terus begini kalau kita hidupkan 4 orang setengah mati”, keluhnya.
“Memang dari dulu begini terus pelayanan PLN di Kabaena ini tidak pernah ada kemajuan. Setiap tahun kayaknya giliran-giliran, biasanya itu 2 hari baru nyala lagi. Bagi yang memiliki mesin generator (Gengset) sih bisa tenang akan tetapi bagi usaha kecil yang tidak memiliki mesin Gengset harus menunggu berjam-jam untuk listrik nyala lagi”, tambahnya.
Hingga sampai berita diterbitkan, awak media ini belum mendapat keterangan dari pihak PLN setempat. Saat dihubungi berkali-kali melalui telepon dan via WhatsApp tidak direspon.
Penulis: Irfan