KENDARI – PT Raodah Bumi Sultra (RBS), perusahaan tambang nikel yang berlokasi di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), menghadiri Konferensi Internasional tahunan PT Huayou Indonesia di Kota Tonxiang, Provinsi Zhejiang, China. Konferensi ini merupakan kesempatan bagi PT RBS untuk memperkenalkan kemampuan pengelolaan biji nikel dan menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan multinasional.
External Relationship PT RBS, Aksan Jaya Putra (AJP), mengatakan bahwa konferensi ini rutin dilaksanakan PT Huayou Indonesia untuk meyakinkan para partner bisnis dan calon partner bisnis yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, ihwal kemampuan pengelolaan biji nikel.
“Dari Indonesia ada 300 undangan, dan sisanya tamu undangan yang berasal dari berbagai negara di dunia,” kata AJP, Selasa, 25 November 2025.
AJP menjelaskan bahwa PT Huayou Indonesia fokus pada pengembangan pabrik baterai yang bahan bakunya dari limonit, yang ada di beberapa IUP di Indonesia, seperti di PT RBS.
“Nah saat ini, mereka (PT Huayou Indonesia) fokus pada pengembangan pabrik baterai yang bahan bakunya dari limonit, yang ada di beberapa IUP di Indonesia, seperti di PT RBS,” jelas AJP.
AJP berharap kerja sama antara PT RBS dan PT Huayou Indonesia dapat berjalan dengan baik, terutama dalam pengembangan pabrik baterai yang bahan bakunya dari limonit.
“PT Huayou Indonesia berencana membangun pabrik baterai/HPAL di Kabupaten Konut, dan kami berharap dapat menjadi salah satu pemasok bahan baku limonit,” tambah AJP.
PT RBS telah menuntaskan dokumen perizinan pinjam pakai kawasan hutan (PPKH) dan perizinan lainnya, serta menunggu RKAB tahun 2026.
“Semua perizinan sudah kami lengkapi, dan kami berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lingkar tambang jika perusahaan sudah beroperasi,” tutup AJP.
Konferensi Internasional Huayou ini merupakan kesempatan bagi PT RBS untuk memperluas jaringan bisnis dan meningkatkan kemampuan pengelolaan biji nikel. Dengan kerja sama yang baik, PT RBS berharap dapat menjadi salah satu pemain utama dalam industri nikel di Indonesia.(red)











