PENAFAKTUAL.COM, KENDARI – Orang tua mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Ijmain, mengaku kondisi mental anaknya terganggu akibat tekanan dari salah satu oknum dosen inisial dr K.
Dimana, anaknya yang bernama Nur Anisa Nidea, merupakan mahasiswi semester sembilan yang tinggal selangkah lagi menempuh strata satu (S1) kedokteran UHO Kendari. Tapi sayangnya, ada kendala yang dialami sehingga dapat memperpanjang masa studi anaknya.
Pasalnya menurut dia, anaknya yang tinggal mengajukan ujian proposal, harus terhenti karena terkendala belum lulusnya di mata kuliah Dastroantero Hepatologi, yang dosen penanggungjawabnya dr K. Tercatat, ia telah dua kali tidak lulus selama mengambil program mata kuliah tersebut.
“Itu anak saya pertama kali program di semester 5 tidak lulus, kemudian dia program lagi di semester 7, juga tidak lulus. Nah ini terakhir, dia program lagi, apakah anak saya akan lulus atau tidak,” ujar dia saat ditemui di Fakultas Kedokteran UHO Kendari, Kamis, 30 November 2023.
Namun yang menjadi masalah, oknum dosen ini tidak mau pernah terbuka terhadap anaknya, terkait masalah nilai yang selalu nya tidak lulus, ketika anaknya mengambil mata kuliah ini. Padahal, kata dia, anaknya memiliki kemampuan akademik diatas rata-rata mahasiswa kedokteran. Buktinya di mata kuliah lain, anaknya tidak pernah tertinggal, bahkan nilainya cukup bagus untuk sekelas kuliah di kedokteran.
Bukannya memuji putrinya, tapi dia mengaku, diumur 15 tahun, anaknya sudah lulus sekolah menengah atas (SMA). Pasalnya, sewaktu di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), anaknya mengikuti kelas akselerasi.
Misalnya, SMP membutuhkan waktu tiga tahun untuk lulus, namun anaknya hanya menempuh waktu dua tahun saja. Dan yang mengikuti kelas ini, cuman mereka yang memiliki kemampuan kecerdasan intelektual dan ditopang kreatifitas serta motivasi belajar yang begitu tinggi.
Sewaktu menginjak bangku SMA, dia juga bilang, anaknya mau mengambil kelas akselerasi, tetapi ditahan salah satu guru, dengan alasan putrinya terlalu kecil untuk lulus SMA di usia 14 tahun. Sehingga, jika alasan dari aktivitas akademik anaknya yang kurang maksimal, juga tidak masuk akal.
“Anak saya selalu mengikuti mata kuliah dan tugas yang diberikan dosennya (dr K). Tapi giliran akhir mata kuliah selalu nya tidak lulus, padahal ada mahasiswa lain yang nilainya diatas anak saya, tapi lulus juga. Ini kan aneh,” bebernya.
Muhammad Ijmain juga mengatakan bahwa, perlakuan oknum dosen terhadap anaknya sedikit berbeda dari mahasiswa-mahasiswi lainnya. Menurut pengakuan anaknya, dr K kerap mempermalukan putrinya dihadapan teman-temannya saat mengikuti mata kuliah Dastroantero Hepatologi.
Bahkan, dr K pernah mengeluarkan statemen yang disaksikan mahasiswi lainnya, bahwa kalau hanya mengandalkan uang orang tua, mending buka usaha ketimbang harus kuliah di kedokteran. Akhirnya, setiap jadwal mata kuliah Dastroantero Hepatologi, anaknya merasa seperti dihantui, tertekan, dan takut jika hendak ketemu oknum dosen itu lagi.
Kemudian di satu momen belum lama ini, anaknya hendak menemui dosen lain dengan tujuan menandatangani kartu rencana studi (KRS), sekalian mengajukan ujian proposal, sembari menyelesaikan mata kuliah Dastroantero Hepatologi yang belum dituntaskannya. Namun saat itu, dr K yang kebetulan berada di ruangan itu, menyindir anaknya dengan kalimat yang menjatuhkan mental.
“Dia bilang ke anak saya, bukannya kamu belum lulus mata kuliah Dastro? Tapi anak saya mau proposal dulu baru Dastro. Terus dosen ini bilang, memang kamu bisa lulus Dastro yakin lulus, kamu masih punya dosa sama saya. Begitu kira-kira pernyataan dosen itu. Sehingga anak saya langsung frustasi, tidak punya semangat kuliah, karena mentalnya dijatuhkan,” imbuhnya.
Karena melihat putrinya depresi, ia pun mencoba menemui oknum dosen itu, dengan tujuan ingin mengetahui alasan tidak meluluskan di mata kuliahnya. Tapi, upaya tersebut gagal, karena oknum dosen itu mencoba menghindar. Akhirnya yang berhasil ditemui Ketua Program Studi (Kaprodi).
Di sana, terjadi kesepakatan bahwa pihak kampus akan mencoba memfasilitasi untuk mempertemukan kedua bela pihak, guna mendudukkan persoalan yang dihadapi mahasiswi kedokteran ini.
“Ya pihak kampus bilang pekan depan, nanti mereka fasilitasi. Dan disini saya hanya ingin tahu alasan dari dosen itu,” jelas dia.
Sementara itu, Kaprodi Kedokteran dr Ari Maswati saat dikonfirmasi awak media ini usai pertemuan dengan orang tua mahasiswi yang bersangkutan mengatakan bahwa, untuk persoalan ini, nanti Dekan Fakultas Kedokteran UHO yang memberikan keterangan ke media.
“Saya tidak berani untuk berbicara, jangan sampai ada yang tersinggung atau salah. Nanti masalah kasus ini, biar dekan yang bicara ke media, hanya beliau sementara di luar kota,” katanya.
Hingga berita ini tayang, awak media ini masih berupaya melakukan konfirmasi ke oknum dosen dan dekan Fakultas Kedokteran terkait masalah ini.**)